Kamis, 24 Maret 2011

skripsi........ BAB I, BAB II, BAB III


HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN DENGAN
KREATIVITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VI
MI NURUL HUDA MUSUK BOYOLALI
TAHUN 2010
LOGO UNIVET.jpg
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi syarat Meraih Gelar Sarjana
Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Veteran Bangun Nusantara
Sukoharjo

Disusun Oleh :

Nama                    : TARYANTI
NIM                      : 0751400114


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2009




BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Pertumbuhan lebih menitik beratkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif, sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif berarti serangkaian progresif sebagai akibat dan proses kematangan. Oleh sebab itu belajar merupakan cara atau jalan bagi siswa untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara meningkatkan kecerdasannya. Dengan belajar ini di harapkan dapat memberi  pengaruh terhadap tingkat kecerdasan siswa.
Belajar adalah kewajiban siswa untuk meningkatkan kecerdasannya, sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi, pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan moral Pancasila, Agama, disiplin, perasaan, emosi dan kemampuan berbahasa kognitif, motorik dan seni. Begitu pentingnya pendidikan bagi siswa, hingga tak dapat dibayangkan bilamana manusia sekarang tidak belajar maka tidak akan berbeda dengan manusia jaman dahulu, bahkan mungkin akan lebih terpuruk atau lebih rendah kualitas peradabannya. Dan perlu menjadi kekhawatiran bersama bila hal              senada ternyata mulai menggejala pada masyarakat kita, sangat memilukan                  bahwa masyarakat Indonesia yang religius dewasa ini terpuruk dalam            himpitan krisis dan terbelakang  dalam  berbagai  aspek  kehidupan.                                                  (  Abdurrahman  Mas’ud      2004 : 122 ).
Masyarakat madani, masyarakat yang selalu kita idam-idamkan                ( Imagined Community ) sebagai masyarakat yang beradab, masyarakat yang saling menghargai dan menghormati sesama akan dapat diwujudkan hanya dengan belajar. Tentunya belajar yang bermutu, bukan belajar asal-asalan. Belajar yang dimaksud terutama adalah belajar agama yaitu melalui, peningkatan pendidikan umat dalam suatu bangsa, hal ini berlaku juga bagi bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Untuk mencapai tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar pada siswa diperlukan berbagai faktor atau unsur yang mendorongnya, terutama kurikulam yang ditetapkan atau dipakai. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses belajar, kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan. Kurikulum juga merupakan rencana belajar yang memberikan pegangan tentang jenis lingkup dan urutan isi, serta proses belajar. Kurikulum yang baik harus selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman, dan sejak tahun 2004 sampai dengan 2005 pemerintah telah menetapkan kurikulam berbasis kompetensi ( KBK ) sebagai kurikulum yang berlaku di Indonesia.
Saat ini kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ) diterapkan oleh pemerintah sebagai alternatif kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2004/2005. Tujuannya untuk membekali para siswa dalam menghadapi tantangan hidupnya dimasa depan yang cenderung semakin komplek secara lebih mandiri, cerdas, rasional dan kritis. Namun di lihat dari berbagai sisi menjadi kurikulum yang memenuhi kesempurnaan secara konseptual. Namun dilapangan menemukan berbagai kendala terkait dengan pelaksanaannya.
Sebenarnya para siswa diharapkan memiliki kompetensi yakni :
1.      Kompetensi Tamatan
2.      Kompetensi Umum Mata Pelajaran
3.      Kompetensi Dasar
B.       Penjelasan Judul
Pada hakekatnya suatu masalah akan menjadi jelas apabila di beri pengertian atau penjelasan tentang istilah atau kata-kata dalam judul, karena tiap-tiap kata sering mempunyai arti lebih dari satu.
Penjelasan istilah dalam judul dimaksudkan agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam menafsirkannya. Menurut Sutrisno Hadi ( 1986 ) fungsi pokok judul adalah untuk mewujudkan kepada para pembaca hakekat dari pada obyek penelitian, wilayah, serta metode umum yang dipakai.
Penjelasan judul tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Hubungan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia lengkap tahun 1997 hubungan adalah saling bekerja sama dengan menguntungkan menjalin hubungan.
2.    Tingkat Kecerdasan
Adalah para siswa mudah menerima ilmu yang di berikan oleh gurunya dan dengan berusaha untuk mengembangkannya.
3.    Kreativitas Belajar
Yaitu diharapkan para siswa aktif selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan problem dan sebagainya.
Hubungan dengan hal tersebut maka penulis membatasi kreativitas siswa yang berhubungan dengan belajar di sekolah.
4.    Siswa kelas VI
Maksudnya adalah siswa yang menduduki tingkat keenam di antara tingkatan yang ada di MI
5.    MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali
Maksudnya adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang mendapat pengawasan ataupun pengarahan dari Pemerintah yang ada di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

6.    Tahun Pelajaran  2010 / 2011
Tahun Pelajaran yang di mulai bulan Juli tahun 2010 dan di akhiri bulan Juni 2011, untuk menyelesaikan pelajaran bagi tingkat kelas tertentu. Berdasarkan uraian diatas maka pengertian judul secara keseluruhan yaitu tentang :
“     HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN DENGAN  KREATIVITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VI MI NURUL HUDA MUSUK BOYOLALI TAHUN 2010 / 2011   “

C.      Alasan Pemilihan Judul
Alasan penulis memilih judul seperti tersebut diatas adalah didorong oleh keinginan untuk berperan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan dengan mencari solusi atau metode untuk membangkitkan kreativitas belajar siswa agar kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga tujuan Pendidikan Nasional dapat tercapai dengan baik pula.

D.      Rumusan Masalah
Bagi setiap peneliti sebelum melangkah lebih lanjut maka perlu sekali mengetengahkan rumusan masalah yaitu masalah pokok yang akan dicari pemecahannya. Dengan demikian dapat memberikan arahan atau petunjuk bagi penulis.
Bertitik tolak dan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang muncul adalah :

“ Apakah ada hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar  pada  siswa  kelas VI  MI   Nurul Huda  Musuk  Boyolali  Tahun 2010 ? “


E.       Pembahasan Masalah
Agar masalah ini dapat dikaji lebih mudah dan tidak menimbulkan salah pengertian, maka penulis dibatasi sebagai berikut :
1.      Subyek penelitian terbatas pada siswa kelas VI MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali Tahun Pelajaran 2010
2.      Objek penelitian  tingkat kecerdasan dan kreativitas yang terjadi di MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali yang berpengaruh terhadap belajar siswa.

F.       Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar pada siswa kelas VI MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali Tahun pelajaran 2010 / 2011.

G.      Manfaat Penelitian
a.    Praktis
Praktis artinya supaya mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kerativitas belajar siswa
b.               Tekhnis
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kerativitas belajar pada siswa kelas VI MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali tahun Pelajaran 2010 - 2011


BAB II
LANDASAN TEORI


A.           Tingkat Kecerdasan

1.        Pengertian Kecerdasan.
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang artinya pintar yaitu lebih mudah menerima pelajaran dan berpikir maju serta tanggap akan segala sesuatu dari usia kanak-kanak sampai perguruan tinggi, semua orang mempunyai kecerdasan yang sangat berbeda. Untuk itu dalam ilmu pendidikan merupakan aliran yang berkembang dalam psikologi kognitif yang secara teoitik menekankan para siswa untuk dapat berperan aktif dalam menemukan ilmu baru.
Beberapa ahli memasukkan tingkat kecerdasan sebagai salah satu yang memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa (gejala) yang terjadi dilingkungannya. Meskipun gagasan atau pengetahuan ini sering kali naïf, atau juga miskonsepsi. Konstruktivisme senantiasa mempertahankan gagasan atau pengetahuan naïf ini secara kokoh.gagasan atau pengetahuan tersebut terkait dengan gagasan atau pengetahuan awal lainnya yang sudah dibangun  dalam wujud   schemata   ( struktur kognitif ) pengetahuan. Dengan kecerdasan memungkinkan para siswa untuk bereksplorasi, menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi, keindahan dan sikap perilaku yang lebih terbuka.
Ciri-ciri tingkat kecerdasan adalah para siswa tidak diindoktrinasi dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui dan pelajari sendiri. Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran guru tidak mengindoktrinasi gagasan ilmiah supaya para siswa mau mengganti  dan memodifikasi gagasannya yang non ilmiah menjadi gagasan / pengetahuan ilmiah.
Dan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian kecerdasan adalah suatu tindakan siswa yang dilakukan untuk menyampaikan suatu gagasan atau pemikiran yang telah diberikan oleh guru untuk dikembanngkan.

2.        Kreativitas Belajar
Kreativitas belajar adalah cara meningkatkan belajar siswa supaya lebih nudah menerima pelajaran atau ilmu yang mereka terima sehingga mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan yang akan datang.
Sedangkan bagaimana cara kreativitas belajar ditingkatkan yaitu dengan caraberkelompok ataupun dengan cara permainan yang memerlukan fikiran, atau belajar  secara alamiah kemudian para siswa mempraktekkan secara langsung. Dengan belajar seperti ini siswa akan memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga akan memberikan stimulasi dan motivasi kepada siswa sehingga mereka menjadi rajin dan senantiasa belajar.
Pembelajaran kontekstual ini dimana para siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan kegiatan yang akan terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya fikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data memecahkan problema-problema tertentu baik secara individu maupun kelompok.
Menurut teori Gestal, Belajar adalah proses mengembangkan “Insight”. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan. Teori  Gestalt menganggap bahwa Insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Gestalt dalam menelorkan teorinya didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kohler terhadap Simpanse pada sebuah jeruji. Di dalam jeruji disediakan sebuah tongkat dan dilua jeruji disimpan sebuah pisang, setelah dibiarkan beberapa lama, ternyata simpanse berhasil meraih pisang yang ada diluar jeruji dengan tongkat yang disediakan itu, simpanse mampu mengembangkan insight, artinya ia dapat menangkap hubungan antara jeruji, tongkat dan pisang, simpanse paham bahwa pisang adalah makanan , ia juga paham bahwa tongkat dapat digunakan untuk meraih pisang yang berada di luar jeruji. Inilah hakekat belajar dan keterhubungan antara komponen yang ada di lingkungannya.
Ciri-ciri belajar menurut teori Gestalt adalah
1.         Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut. Kemampuan dasar ini tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompoknya.
2.         Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalu yang relevan.
3.         Insight tergantung pada pengaturan dan penyedian lingkungan yang konduktif.
4.         Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui  pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang menjadi kecerdasan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
5.         Apabila Insight telah diperoleh, maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi yang lain.
Prisip-prinsip belajar menurut teori Gestalt yaitu :
a.         Belajar itu berdasarkan keseluruhan.
Teori belajar Gestalt menganggap justru keseluruhan itu lebih memiliki makna dari pada bagian-bagian, bagian-bagian hanya berarti apabila dalam keseluruhan.
Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi berangkat dari suatu masalah , melalui masalah itu siswa dapat mempelajari fakta.
b.         Belajar adalah suatu proses perkembangan, karena belajar dari tidak tahu menjadi tahu dan dengan ilmu tersebut kita dapat mempunyai keahlian / ketrampilan.
c.         Belajar terjadi transfer.
d.        Belajar adalah reorganisasi pengalaman, harus ada pembaharuan dan pengalaman yang lebih maju.
e.         Belajar harus dengan insight, harus ada pemahaman dan betul-betul manfaat.
f.          Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan.
g.         Belajar berlangsung terus-menerus / kontinyu.
Menurut teori Medan menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah lalu dikembangkan oleh Lewin, proses pemecahan dalam belajar adalah :
-             Belajar
Belajar adalah perubahan struktur kognitif setiap orang akan dapat memecahkan masalah manakala ia dapat mengubah struktur kognitif.
-             Pentingnya motivasi
Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku, motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu . motivasi ini bisa muncul karena dipengaruhi oleh pengalaman.
        Prinsip belajar menurut Skiner adalah sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku).
1.    Reinforcement
a.    Reward (hadiah)
-    Benda
-    Non benda
b.   Punishment
Menghadirkan  atau membentuk situasi yang tidak menyenangkan
2.    Shoping
Menunjukkan pengajaran ketrampilan-ketrampilan baru dengan memberikan  penguatan kepada siswa.
Dalam hal ini ada beberapa aspek yang amat penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa, antara lain yaitu :
a.    Aspek mental
Seorang  siswa harus memiliki mental yang kuat maksudnya tidak mempunyai rasa rendah diri. Karena hal ini merupakan penghalang untuk bertindak secara bebas, berfikir secara leluasa dan bergaul secara wajar. Disamping itu seorang pendidik juga harus mempunyai ketabahan dan keuletan dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya.
b.    Aspek Emosi dan perasaan.
Sebagai siswa harus  memiliki  emosi   ( perasaan )   yang  stabil            ( tenang ) sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang tertib, tidak mudah gugup atau tersinggung.
c.    Aspek Sosial
Seorang siswa harus memiliki rasa sosial dan hubungan sosial yang luast, siswa, guru-guru, anggota masyarakat, kepala Sekolah atau kepada atasannya.

3.      Perumusan Hipotesis
Kata hipotesis berasal dari dua penggalan kata, yaitu “ Hypo “ yang artinya dibawah dan “ thesa ” yang artinya kebenaran. Jadi hypotensis yang kemudian cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan kerangka berfikir maka lalu membuat suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu di uji (dibawah kebenaran),  (Suharsini, 1996 :68)
Sedangkan menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo yang            dimaksud hipotesis  adalah  “ pernyataan  yang mengenai hal yang harus diuji kebenarannya ”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar mungkin juga salah sehingga harus diuji kembali untuk membuktikannya.
Berdasarkan pengertian diatas dan supaya tidak menyimpang tujuan yang hendak dicapai maka disusun hipotesis sebagai berikut : “ Ada Hubungan Positif Antara Tingkat Kecerdasan Dengan Kreativitas Belajar Pada Siswa Kelas VI MI Nurul Huda Kintel, Musuk, Boyolali Tahun Pelajaran 2010 / 2011 ”.

















BAB III
METODELOGI  PENELITIAN


A.      Pengertian Metodedologi  Penelitian
Metodelogi  adalah ilmu yang mempelajari tentang metode. Metodologi terdiri dan kata metode dan logi. Metode berasal dari bahasa Getha” yang berarti melalui atau melewati jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Logi berasal dari logos yang berarti ilmu, jadi metodologi berarti suatu ilmu yang membicarakan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Research (penelitian) dapat didefinisikan sebagai usuha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan melakukan metode-metode ilmiah untuk research disebut metodologi penelitian ( Sutrisno Hadi, 1995 : 4 ).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan pengembangan dan menguji kebenaran dengan menggunakan jalan atau cara ilmiah yang harus dilalui dalam mencapai tujuan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode ini adalah menentukan populasi, sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisa data.

B.       Variabel Penelitian
Ada data yang sangat penulis perlukan dalam penelitian ini, agar dapat membakukan hipotesis yang telah penulis rumuskan maka untuk menjelaskan data apa yang diperlukan disini penulis hendak mengemukakan terlebih dahulu variabel-variabelnya.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu :
1.       Variabel X ( Bebas )              : Orang tua yang mempunyai tingkat kecerdasan
2.       Variabel Y ( Terikat )            :  Siswa dalam lingkungan keluarga yang berkreativitas.

C.      Populasi Dan Sampel
Penelitian kuantitatif memerlukan beberapa data. Untuk mencapai data yang diinginkan dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka perlu mengetahui tentang populasi dan sampel penelitian.
1.                Pengertian Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subyek ( satuan-satuan individu ) yang dikaraktenstiknya hendak diduga “( Djarwanto dan Pangestu Subagyo 1993-170 ) pendapat mengemukakan bahwa “ populasi adalah  keseluruhan  subyek  penelitian   “  (  Suharsini    1996 : 115 ) “.
Dan pendapat diatas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali Tahun Pelajaran 2010 /  2011 yang berjumlah 20 siswa.

2.    Pengertian Sampel
“ Sebagian  individu  yang  diselidiki  disebut  sampel ” ( Sutrisno Hadi, 199 : 70 ). Djarwanto dan Pagestu Subagyo mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi ( 1993 : 70 ).
Jadi disini dapat dikemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat menggambarkan, mewakili keadaan atau sifat-sifat seluruh populasi.
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa.” Yang dimaksud dengan mewakili “ bukanlah menetapkan “ duplikat atau “ replika ” yang cermat, melainkan hanya sebagai “ cerminan ” yang dapat dipandang menggambarkan secara maksimal keadaan populasi “(1995 : 70).
Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang dapat menggambarkan keadaan atau sifat-sifat dari populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan apabila populasi yang diteliti tidak memungkinkan diteliti semua, sehingga peneliti dapat meneliti sebagian dari populasi. Dengan syarat harus representatif, maksudnya sampel itu harus mewakili seluruh populasi.  Dalam suatu penelitian tidak ada batasan yang pasti mengenai berapa persen suatu sampel dan populasi.
Dalam suatu penelitian tidak ada batasan yang pasti mengenai berapa persen suatu sampel dan populasi.
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek itu kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penilaian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 % sampai dengan 50 % ( Suharsini,  1986:10 ).
Pada teknik pengambilan sampel purposife ( purposial sampling ). Sampling ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Jadi tidak melalui proses penelitian sebagaimana yang dilakukan dalam teknik rundom    ( Saniprah Faisal, 1999:67 ).
Pada penelitian ini pengambilan sampelnya menggunakan teknik pengambilan sampel purposife  ( purposial sampling ). Dalam hal ini pengambilan sampel didasarkan atas kriteria atas siswa kelas VI mempunyai kecerdasan dalam masing-masing kelas sedangkan kriteria kecerdasan dan kreativitas belajar anak yang cerdas mempunyai kreativitas yang tinggi.
Untuk itu populasi yang penulis ambil adalah siswa kelas VI MI Nurul Huda Kintel Musuk Boyolali. Sebagai obyek penelitian yaitu sejumlah 30 orang terdiri dari 20 populasi perempuan dan 10 orang populasi laki-laki. Menurut sutrisno Hadi untuk mengambil sampel tidak ada ketentuan yang mutlak berapa persen suatu sampel untuk diambil dari populasi, ketidak tetapan ini tidak perlu menimbulkan keragu-raguan bagi seorang peneliti”.
Berdasarkan pendapat tersebut dan mengingat populasi dalam penelitian ini cukup besar maka penulis mengambil 21 % dan jumlah populasi yaitu 4 orang sebagai sampel.

D.       Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua metode yakni metode pokok dan metode bantu. Adapun metode pokok alam penelitian ini adalah metode angket dan metode bantu adalah metode dukumenrasi dan observasi ( wawancara ).
1.                 Metode Angket
a.       Pengertian angket
Metode angket sering disebut Kuisioner. Pada dasarnya koesioner adalah sebuah daftar yang berisi beberapa pertanyaan yang harus diisi  oleh responden, dan dapat diketahui tentang keadaan pendapatnya dan lain-lain.
Koesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui. ( Suharsini, 1996:139 )
Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengemukakan bahwa : angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan sejumlah subyek, dan berdasarkan atas jawaban atau isian penyelidik mengambil keputusan mengenai subyek yang diselidiki, ( 1984 : 15-16 )
Penulis memilih alat pengumpul data berupa angket dikarenakan merupakan tehnik komunikasi secara tidak langsung dalam rangka pengumpulan data.
Dalam penyusunan angket ini perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
1)      Bahasanya sederhana dan mudah dipahami
2)      Petunjuk dan perintahnya jelas
3)      Bentuk dan tingkat kesulitan pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa
4)      Kalimat hendaknya menarik responden, sehingga memungkinkan memperoleh jawaban yang tepat sesuai keadaan yang sebenarnya.
Jadi angket adalah sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden secara tertulis. Atas jawaban yang diberikan itu penulis bermaksud ingin mengumpulkan sejumlah data dari responden. Sebagai pertimbangan penulis menggunakan yeknik angket sebagai alat untuk mengungkap data tentang hubungan kecerdasan dengan kreativitas belajar anak, karena berdasarkan alas an sebagai berikut : subyek sendiri adalah pribadi yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri, sehingga informasi yang diberikan itu dianggap sebagai data yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sanapiah Faisal mengemukakan jenis-jenis bentuk angket adalah sebagai berikut :
1)      Angket langsung tertutup
2)      Angket langsung terbuka
3)      Angket tak langsung tertutup
4)      Angket tak langsung terbuka
Dalam penelitian ini digunakan bentuk angket langsung tertutup,langsung maksudnya pertanyaan yang diberikan langsung menggali informasi tentang responden tanpa melalui orang lain.
Tertutup karena penelitian tidak menghendaki jawaban responden yang berbentuk uraian panjang, tetapi disediakan beberapa alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X ).
b.      Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan angket
1)      Merumuskan tujuan
Tujuan digunakan angket dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang hubungan tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar siswa.
2)      Merumuskan konsep dasar
Sebagai dasar penyusunan angket ini dirumuskan konsep dasar sebagai berikut :
a)   Tingkat kecerdasan adalah tingkat kemampuan siswa dalam menerima dan memahami segala apa yang diberikan kepada mereka.
b)   Kreativitas belajar siswa adalah cara meningkatkan belajar siswa supaya lebih mudah menerima pelajaran atau ilmu yang mereka terima sehingga mereka bias menerapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari maupun dalam kehidupan yang akan datang.
3)      Merumuskan komponen-komponen yang diungkapkan
Berdasarkan  konsep dasar diatas dapat dirumuskan tentang kreativitas belajar siswa dengan tingkat kecerdasan siswa.
4)      Merumuskan indikator menyusun kisi-kisi dan butir angket
Dari masing-masing komponen dirumuskan indicator sebagai berikut :
a)   Indikator tentang tingkat kecerdasan
b)   Indikator tentang kreativitas belajar siswa
5)      Menyusun kisi-kisi dan butir angket
Dalam menyusun kisi-kisi dan butir angket ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Membuat matrix yang memuat tentang konsep dasar, komponen yang diungkap dan indikatornya.
b.      Merencanakan jumlah butir angket untuk setiap indikator.
c.       Menyebarkan butir-butir item sesuai dengan jumlah subjek yang telah direncanakan kedalam kisi-kisi. Kisi-kisi dan butir angket dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2
6)      Menentukan skoring angket
Untuk menunjang kelengkapan angket maka ditetapkan skoring  sebagai berikut :
a.    Item yang bersifat positif ( favorourable )
Benar / Baik Sekali                         ( BS )   : 4
Benar / Baik                                    (  B  )   : 3
Kurang Benar                                 ( KB)   : 2
Tidak Benar                                    ( TB )   : 1
b.      Item yang bersifat negatif ( unfarourable )
Benar / Baik Sekali                         ( BS )   : 4
Benar / Baik                                    (  B  )   : 3
Kurang Benar                                 ( KB)   : 2
Tidak Benar                                    ( TB )   : 1
7)      Validitas dan Realiabilitas
Suatu alat ukur dikatakan valid, apabila alat ukur tersebut benar-benar telah mampu mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini alat ukur yang dimaksud adalah angket yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar. Ada dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip validitas yaitu kejituan dan ketelitian. Menurut Sutrisni Hadi, alat pengukur dikatakan jitu apabila alat pengukur tersebut dapat mengerjakan dengan tepat fungsi yang dibuatnya .
Selanjutnya suatu alat ukur dikatan realibel apabila alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang relative tetap apabila dikenakan secara berulang-ulang pada kelompok subjek yang sama. Soetarno menjelaskan bahwa : suatu alat pengukuran dikatakan reliable ( dapat dipercaya ) dlam hasil pengukuran dengan alat tersebut dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu yang berbeda ( 1988 : 102 ).
Reliabilitas alat pengukuran berarti dapat dipercaya suatu alat pengukur. Suatu alat pengukur dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh alat tersebut konstan atau ajeg, tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Untuk mengukur atau menghitung reliabilitas alat pengukur ada tiga cara yaitu :
1)         Teknik ulangan ( Test Re Test )
        Dalam teknik ini pengukur yang sama diberikan lagi kepada subyek atau responden yang sama dengan situasi yang sama pad wakru yang berbeda
2)         Teknik Bentuk Pararel
        Pada teknik ini dalam situasi penelitian menggunakan dua alat ukur atau tes yang berbeda tetapi bermaksud sama yaitu mengukur variable yang sama kepada sejumlah subyek atau responden, pada waktu yang bersamaan. Koefiensi korelasi dan hasil tes tersebut menunjukkan kefisiensi reliabilitas.
3)         Teknik Belah Dua
        Adalah suatu teknik menghitung reabilitas dengan jalan mencari korelasi antara item bernomor genap dan ganjil atau dapat juga memotong setengah  bagian awal dan setengah  bagian akhir. Dengan kata lain teknik membagai alat ukur menjadi dua bagian.
        Dalam penelitian ini untuk mengetahui reabilitas alat ukur penulis menggunakan teknik belah dua.


2.   Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis ( Suharsini Arikunto, 1996:148 ). Dari pendapat diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa metode dokumentasi adalah suatu cara yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data yang berasal dari barang-barang tertulis.
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya. ( Suharsini Arikunto, 1996:234).
Uraian diatas memberikan contoh mengenai bermacam-macam sumber data dengan menggunakan metode dokumentasi. Dengan demikian metode pengumpulan data ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang latar belakang siswa dan hal-hal lain yang bersangkutan.
3.   Metode Observasi
Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti dilokasi penelitian. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dan mengetahui secara langsung keadaan sekolah, keadaan siswa di sekolah serta proses belajar mengajar termasuk sikap siswa dkam mengikuti pelajaran.

E.        Teknik Analisa Data
Setelah data diperoleh dengan teknik-teknik pengumpulan data yang telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Berhubung data yang berhasil dikumpulkan berwujud anngka-angka, maka teknik pengolahan data yang dipergunakan adalah analisis stistik. Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji,  “ hipotesis “ ada tidaknya hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar siswa kelas VI MI Nurul Huda Kintel Musuk Tahun Pelajaran 2010/2011.
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa statistik berarti cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, mengujikan dan menganalisis data penyelidikan yang berujud angka-angka. (1978:257).
Adapun alasan menggunakan analisis statistik adalah :
1.    Data yang akan diolah berujud angka.
2.    Dengan analisis statistik hasil pengolahannya akan bersifat obyektif.
3.    Dengan menggunakan analisis statistik dapat diketahui secara pasti mengenai hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar siswa.
Berdasarkan dari data yang terkumpul disajikan sebagai data penyelidikan, kemudian dengan menggunakan rumus statistik data tersebut dikelola. Oleh karena itu teknik statistik yang digunakan adalah korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson, dengan rumus sebagai berikut :


rxy      =
 
                        S xy
                 (åx² ) ( åy² )

rxy      =
 
Koesiensi korelasi Product Moment antara variable x dan variable y
åxy   =   Perkalian antara nilai variable x dan nilai variable y
x²      =   Kuadrat dari nilai x
y²      = kuadrat dari nilai y

Prosedur yang ditempuh dalam pengolahan dan menganalisis, secara turut-turut dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
1.    Mengumpulkan data pendapat siswa tentang tingkat kecerdasan dengan kreativitas belajar siswa.
Dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.    Menghitung skor yang diperoleh tiap-tiap subyek sesuai alternatif jawaban yang dipilih.
b.   Menjumlah skor total yang diperoleh untuk setiap subyek untuk masing-masing angka.
2.    Menghitung skor total yang diperoleh untuk setiap subyek untuk masing-masing angket.
Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut.
a.    Membuat label yang dipersiapkan dan label kerja
b.   Memasukkan kedalam rumus korelasi product moment.
3.    Mengetes signifikasi korelasi product moment.
a.    Menetapkan signifikasi yang digunakan ( 1 % atau 5 % ).
b.   Mengkonsultasikan r product moment yang diperoleh (r hit) dengan tabel (r tab) pada taraf signifikasi 5 %